-->

Menggambar dan Sabar


 
Kini, muncul aplikasi menggambar super instan, di mana tinggal masukin foto lalu gambarnya langsung jadi dalam hitungan detik. Banyak seniman mengkritik hal tersebut dari berbagai sudut pandang. Dampak paling mengkhawatirkan dari model-model kecerdasan buatan itu adalah semakin rendahnya daya tahan orang (khususnya jika diakses anak-anak) untuk bersabar dalam melakukan sebuah proses. Semua harus instan, harus cepat, kalau nggak cepat mogok dan down. 
 
Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengimbangi kecepatan kemajuan AI di dunia menggambar? Ajak anak benar-benar menggambar secara kongkret.

Lewat menggambar, anak-anak dapat belajar untuk mengasah otak mereka menciptakan karya dan berlatih untuk berpikir lebih mendalam. Tiga jenis pensil ini misalnya, ketika melihatnya sekilas, semua biasa aja, tak ada yang berbeda, kecuali bentuk dan warna batang pensilnya. Tapi jika dipelajari lebih detail, ketiga pensil ini memiliki karakter yang berbeda karena berasal dari bahan baku yang berbeda, sehingga cara pemakaiannya juga berbeda. 
 
Kehidupan ini juga bukankah memberi kita pengalaman dan persoalan yang beragam. Terkadang, cara penyelesaiannya nggak bisa linier dan nggak bisa seketika, tapi perlu cara berpikir kreatif dan daya tahan. Dan untuk melatih cara berpikir seperti itu bagi anak-anak, bisa dimulai dengan memberinya pengalaman belajar yang juga menawarkan konsep untuk kreatif sekaligus bersabar, yang melibat seluruh indera, termasuk motorik kasar dan halus. Ketika semua komponen belajar terintegrasi, ia bisa memberikan efek yang lebih besar dibandingkan hanya menyentuh sisi kognitif, bukan?
 
Cek info kelas menggambar untuk program liburan di sini: https://www.walusart.com/.../kursus-menggambar-online...


Posting Komentar

0 Komentar